Kisah ni sy dpt dr emel sy.. Kwn sy emelkn.. Sy rsa mgkin rmai yg dh mmbca.. Sy sekadar nak berkongsi dan renungknlah kisah ni....
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku dilahirkan sebagai seorang anak perempuan di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, selalu kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar"--------PENIPUAN IBU YANG PERTAMA
Ketika ku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senjanya untuk pergi memancing di sungai dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulangnya dari memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ----------PENIPUAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah,demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke sekolaj untuk membawa nasi untuk dijual, dan hasil jualannya itu membuahkan sedikit wang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya. Aku berkata : "Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu kena pergi kerja." Ibu tersenyum dan berkata : "Cepatlah tidur nak, aku tidak penat" ----------PENIPUAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!" ----------PENIPUAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah ayah sakit, ibu yang malang harus merangkap peranan sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluargaku pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat keadaaan keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasihati ibuku untuk berehat. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengendahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh rehat" ----------PENIPUAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit wang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mhau menerima wang tersebut. Malahan mengirim balik wang tersebut. Ibu berkata : "Saya ada duit" ----------PENIPUAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelaran master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta.Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : "Aku tak biasa tinggal negara orang" ----------PENIPUAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus,harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan.Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku kerana sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ----------PENIPUAN IBU YANG KELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya sahabat sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin mengucapkan : "Terima kasih ibu..!"
Dari cerita di atas, saya percaya sahabat sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin mengucapkan : "Terima kasih ibu..!"
Sedih kan.. Pengorbanan seorang ibu...
Sebelum sy akhiri tulisan sy kali ni... Sy nk ckp ssuatu..
Cuba fikirkan, sudah berapa lamakah kita tidak menelefon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan khabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah merisaukan khabar dari orang tua kita? Risau apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, cuba kita renungkan kembali lagi... Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orang tua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.
No comments:
Post a Comment